Peringatan Haul Gus Dur di Batu, Kemanusiaan Harus di Atas Politik

Jaringan Gusdurian Batu menggelar acara Haul Gus Dur ke 9 di pendopo Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu (20/1). Peringatan haul Gus Dur ini digelar untuk melanjutkan nilai-nilai kemanusiaan yang ditinggalkan oleh presiden RI keempat tersebut.
Acara haul Gus Dur ini dihadiri oleh pegiat Gusdurian Kota Batu, Forum Komunikasi Antar Umat Beragama, organisasi dan kelompok perempuan warga masyarakat sekitar serta Walikota Batu Dewanti Rumpoko.
Peringatan wafatnya Gus Dur yang mengangkat tema Yang Lebih Penting dari Politik adalah Kemanusiaan ini diisi dengan tarian, pembacaan puisi dan Syi’ir Tanpo Waton bersama-sama. Beberapa tarian yang diperlihatkan adalah tari Remo, Nias, Ambon bahkan tarian Sufi. Melengkapi rangkaian acara, sejumlah tokoh agama juga memberikan testimoni dan monolog mengenai sosok Gus Dur.
“Pemikiran Gus Dur abadi meski beliau sudah mendahului kita,” demikian kata Haris El Mahdi, Koordinator Jaringan Gusdurian Kota Batu. Walikota Batu Dewanti Rumpoko juga turut memberikan testimoni mengenai Gus Dur yang dirangkumnya dalam sepenggal puisi, “Kotaku bernama Batu. Dulu sepi, saiki yo mengharu biru. Ketika masyarakat berseteru, Gusdurianlah menjadi pemersatu.”
Ditutup dengan doa lintas iman membuat rangkaian acara haul Gus Dur ini semakin syahdu. “Tema haul kali ini sangat luar biasa dan sesuai dengan tahun politik yang sekarang ini sedang kita hadapi, yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan, semoga acara haul ini bisa menginspirasi kita untuk menghargai perbedaan,” kata Siti Yulaikah (46), fasilitator lokal Kelompok Lavender, dampingan Wahid Foundation di Desa Damai Sidomulyo, yang hadir dalam acara tersebut.
Oleh Ester Pandiangan